Rabu, 03 November 2010

Kontroversi Filsafat dan Ilmu

Kehidupan tak akan pernah lepas dari yang namanya filsafat, karena manusia sebagai makhluk yang berakal senantiasa berpikir. Manusia selalu menggunakan akalnya untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya.
Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yakni philosophia merupakan kata majemuk dari kata philos (kekasih, sahabat) dan sophia (kebijaksanaan, pengetahuan), sehingga filsafat dapat didefinisikan dengan mencintai kebijaksanaan, sahabat kebijaksanaan, atau mencintai pengetahuan(yang benar). Jadi seorang filosof selalu mencintai kebijaksanaan dan senantiasa cinta pengetahuan. Segala hal yang dihadapinya selalu dipecahkan dengan berfilsafat hingga mendapat jawaban yang sebenar-benarnya.
Sedangkan secara terminologi filsafat mempunyai devinisi yang bervariasi. Setiap ilmuwan mendefinisikan dengan definisi berbeda, namun hakikatnya adalah sama. Poedjawijatna mengatakan bahwa filsafat adalah Ilmu yang mencari sebab sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Descartes mendefinisikannya sebagai himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia.
Dalam arti sederhana, filsafat adalah berpikir sedalam-dalamnya untuk mencari kebenaran atas suatu hal. Filsafat merupakan sebauh ilmu yang membahas setiap permasalahan dengan detail hingga ke akar permasalahan dan menemukan problem solving dari problem tersebut. Seorang filosof tidak akan berhenti berpikir sampai ia mendapatkan sebuah kebenaran sebagai jawaban akhir dari perkara atau masalah yang dihadapinya.
Filsafat memiliki peran yang urgen dalam menyelesaikan sebuah permasalahan hidup manusia, baik itu permasalahan ringan atau berat. Ia berperan sebagai pendobrak, pembebas dan pembimbing. Dikatakan sebagai pendobrak karena mampu mendobrak pintu ke-mitos-an dan membawanya ke arah ke-logis-an. Tradisi mitos yang tadinya sakral dan stagnan menjadi dinamis bersamaan dengan hadirnya filsafat. Ia juga pembebas manusia dari kebodohan, ketidaktahuan, berfikir primitif, dan tidak kritis. Ia menjadikan manusia memfungsikan akal dan hati yang dianugerahkanNya secara optimal. Selain dua peran tersebut, filsafat juga dikenal sebagai pembimbing manusia. Karenanya manusia berpikir maju, dan menghasilkan produk luar biasa yang menjadi pondasi berbagai macam ilmu saat ini.
Jika disandingkan dengan ilmu, sering terjadi kerancuan dalam memahaminya, Filsafat dan ilmu memiliki perbedaan juga persamaan. Jika di satu sisi memiliki objek material yang sama, yakni segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, di sisi lain ia memiliki objek kontroversial. Ditinjau dari objek formalnya, ilmu membatasi diri sejauh pengalaman dapat menjangkau; yang ada dalam lingkungan pengalaman. Sedangkan filsafat berusaha mencari keterangan sedalam-dalamnya; sejauh pikiran dalam menjangkau. Filsafat tidak akan puas hanya memandang objeknya dari satu segi khusus saja sebagaimana yang dilakukan oleh ilmu.
Selain berbeda dari segi objek formal, keduanya memiliki tujuan yang bersimpangan pula. Ilmu berorientasi pada kebenaran ilmiah dan bersifat lebih khusus dibanding filsafat yang membahas segala hal, termasuk ilmu itu sendiri, sedang filsafat berorientasi pada kebenaran filosofis.
Buku “Filsafat ilmu” karya tiga dosen UIN Maliki Malang ini sengaja ditulis dan diterbitkan guna mempermudah mahasiswa di dunia umumnya dan mahasiswa UIN Maliki khususnya dalam memahami filsafat ilmu, juga agar tidak terjadi kesalahpahaman –baik mahasiswa, dosen, atau siapapun pecinta ilmu dan filsafat- mengenai pengertian, persamaan dan perbedaan antara ilmu dan filsafat.
Penulis juga berharap, dengan menuliskan apa-apa yang telah dipelajari bersama mahasiswa di kelas, semoga filsafat ilmu terus terjaga dan senantiasa berkembang seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin edan. Sehingga buku ini dapat dijadikan rujukan atau referensi para pelajar dunia.
Pada hakikatnya, bukan hanya filsafat ilmu saja yang harus ditulis, tetapi apapun itu, jika ia adalah ilmu maka hendaknya ditulis. Karena harus diingat bahwa ilmu ibarat hewan buruan yang jika tidak diikat akan terlepas dan berlari meninggalkan kita, padahal susah payah kita mencarinya, lalu apakah kita biarkan saja ia hilang dalam waktu sekejap??! Karena itulah, hasil diskusi dengan mahasiswa baik di kelas maupun di luar kelas ini diikat dengan tulisan dalam bentuk sebuah buku. Yang sekarang buku itu telah berada di tangan pembaca dan tak akan pernah terlepas. Karena tulisan adalah pengikat paling kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar